
Bukit Algoritma merupakan proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang direncanakan menjadi ‘Silicon Valley’ di Indonesia. Proyek ini dikembangkan oleh perusahaan BUMN konstruksi PT Amarta Karya (Persero) (AMKA), PT Bintang Raya Lokalestari, dan Kinku Bintang Raya KSO di lahan seluas 888 hektar, di Cikadang dan Cibadak Sukabumi.
Rencananya pembangunan KEK Bukit Algoritma akan dimulai pertengahan bulan Mei 2021 dengan dana sebesar Rp18 triliun. Dana tersebut bukan berasal dari APBN, melainkan dari investor dalam negeri dan luar negeri. Kemudian Bukit Algoritma juga akan dibangun sebagai pusat pengembangan industri teknologi 4.0. Selain itu untuk meningkatkan fasilitas pendidikan, pusat riset dan development, serta untuk meningkatkan sektor pariwisata.
Belum lama ini Bukit Algoritma menjadi perbincangan di dunia maya, bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan khawatir apabila ‘Silicon Valley’ di Indonesia ini hanya sebuah gimmick. Ridwan Kamil mengatakan bahwa Silicon Valley di Amerika Serikat sukses karena universitas, industri, dan finansial institusi hadir dalam satu titik.
Saat ini, universitas atau perguruan tinggi terbilang jauh dari lokasi proyek pembangunan Bukit Algoritma serta infrastruktur yang belum memadai. Seperti halnya membutuhkan pembangunan jalan tol untuk menghubungkan Tol Cibadak dengan kawasan Bukit Algoritma agar mudah diakses.
Pada fase pertama pengerjaannya akan merampungkan pembangunan seluas 353 hektar dengan waktu penyelesaian selama tiga tahun. Setelah selesai, kawasan ini akan dilengkapi dengan pusat sains, theme park, pusat kesehatan, pusat pertanian untuk makanan dan gizi, pusat kebugaran, dan plaza. Sementara pembangunan keseluruhan diperkirakan memakan waktu selama 11 tahun dengan pengembangan lima industri; antara lain nanoteknologi, bioteknologi, kuantum teknologi, semikonduktor, dan penyimpanan energi baterai listrik.
Adapun lokasi Cikadang dan Cibadak merupakan wilayah yang rawan bencana gempa bumi karena diapit sesar Citarik dan Cimandiri, sehingga pembangunan Bukit Algoritma dirancang dengan tekologi bangunan tahan gempa seperti di Jepang.
Comments